Kehidupan Ibaratkan Sebuah Buku.


Kehidupan ini saya ibaratkan sebuah buku.

Dimana cover depannya adalah sebuah kelahiran dan cover belakangnya adalah saat kematian / ajal

Diantaranya ada lembar halaman – halaman putih bersih saya ibaratkan hari – hari kehidupan kita yang siap kita tulis apapun…

== RENCANA ALLAH PASTI INDAH ==


== RENCANA ALLAH PASTI INDAH ==

Ketika aku masih kecil, waktu itu Ibuku sedang menyulam sehelai kain.

Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet.

Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut, “Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara Ibu menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan Ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.”

Aku heran, mengapa Ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semerawut menurut pandanganku.

Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara Ibu memanggil, ” Anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan Ibu. “

Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.

Kemudian Ibu berkata, “Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau,tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, Ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang Ibu lakukan.”

Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah,”Allah, apa yang Engkau lakukan?”

Ia menjawab, ” Aku sedang menyulam kehidupanmu.”

Dan aku membantah,” Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?”

Kemudian Allah menjawab, “Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini.”

Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu.

Subhanallah, beruntunglah orang-orang yang mampu menjaring ayat indah Allah dari keruwetan hidup di dunia ini. Semoga Allah berkenan menumbuhkan kesabaran dan mewariskan kearifan dalam hati hamba-Nya agar dapat memaknai kejadian-kejadian dalam perjalanan hidupnya, seruwet apapun itu. Amin….

Subhanallah, semoga tulisan ini benar-benar membuka pikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang maha pengatur segala sesuatu di alam ini.

Cerita ini mengingatkan saya bahwa kendati pun manusia punya keinginan, tetapi Allah mempunyai keputusan yang tak mungkin dapat kita ubah, mari kita senantiasa bertawakkal kepada Nya.
****************

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menunjuki kita ke jalan yang lurus. Amiin Ya Rabbal Alamiin.=

Rito Kurniawan als Guntur khatulistiwa sahabat di dunia maya

Durhaka Kepada Orang Tua


== BUAH JATUH TIDAK JAUH DARI POHONNYA ==

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan.

Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. “Kita harus lakukan sesuatu, ” ujar sang suami” Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini.” Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. “Kamu sedang membuat apa?”. Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.” Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orang tuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, air mata pun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

***

Sahabat, anak-anak adalah cerminan persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah Copy Paste terbaik dari diri kita. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap “bangunan jiwa” yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak.

Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk merekalah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.
*************

 

~~~ BERSYUKURLAH ~~~


Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.

Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Ditengah kegembiraan itu, kekasihnya bertanya, “Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?”

Namun gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata seorang lelaki buta. Dia menolak untuk menikah dengannya, karena kekasihnya ternyata buta. Kekasihnya sangat sedih, ia pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, “Sayangku, tolong jaga baik-baik mataku.”

Sahabat, Kisah nyata di atas memperlihatkan bahwa bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah, pada saat semuanya sudah tercapai.

Teringat akan janji beberapa sahabat yang kini duduk di Dewan Legislatif, dulu ia menjanjikan akan memperbaiki keadaan indonesia menjadi lebih baik, menurunkan harga, memperluas lapangan kerja, memberantas korupsi.

Tapi kenyataannya ternyata apa…?, harga kebutuhan hidup kian lama kian pasti semakin mahal, lapangan pekerjaan semakin sulit, seandainya dapatpun pastilah tenaga kontrak yang sewaktu –waktu bisa di langsung di tendang dan buang begitu saja. Dan masalah korupsi semakin menggila dari yang keci- kecilan sampai yang sangat besar ditutup-tutupi, dengan alasan akan berdampak sistemik.

Ada seorang sahabat berkata seperti ini “tidak ada yang bisa kita korupsi di komisi kita ini….!!!!, kecali korupsi waktu” wal hasil saat sidang / rapat koordinasi bangkunya kosong semua.

kepentingan partai yang engkau dahulukan,

target pemasukan keuangan untuk partai yang lebih engkau pikirkan, tak tanggung tanggung mencapai 100 JT – 1 M/bulan,

janji tinggalah janji, janjimu adalah palsu.

Dua kisah diatas adalah kisah nyata, dan hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa mereka harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.
== Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menunjuki kita ke jalan yang lurus. Amiin Ya Rabbal Alamiin.==

****Rito Kurniawan ~ als ~ Guntur Khatilistiwa Sahabat di dunia maya****

Jodoh dan Penciptaan manusia


Pada proses penciptaan manusia tadi. Tentu kita sudah tahu, bahwa proses penciptaan manusia pertama kali diawali oleh bercampurnya sel sperma dari ayah dengan sel ovum/telur dari ibu. Proses sederhananya, sperma/air mani itu nanti akan menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian segumpal daging itu berubah menjadi susunan tulang belula…ng, dan tulang belulang itu selanjutnya dibungkus dengan daging. Janin itu sendiri, berada dalam tiga sekat (kegelapan) di dalam rahim ibu, yaitu paling luar ada perut ibu, rahim, dan terakhir selaput yang membungkus janin di dalam rahim.

“…. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (Az-Zumar:6)

Beragam hormon juga turut berperan aktif pada saat janin ini mulai tumbuh dalam perut ibu, seperti hormon Progesteron dan Esterogen yang berperan langsung dalam menyangga plasenta pada rahim, serta merangsang pertumbuhan susu pada ASI, selain hormon Prolaktin yang memang khusus bertugas pada pembentukan ASI. HCG (Human Chorionic Gonadotropin), yang merupakan hormon khas kehamilan, karena hanya ditemukan pada darah dan urin ibu hamil. Hormon ini pula yang difungsikan untuk mengecek kehamilan dengan alat pregnancy tester, karena terdapat, salah satunya pada urin. Hormon Relaksin yang akan sangat berperan pada proses kelahiran nanti. Serta hormon Oksitosin yang berperan penting mengalirkan ASI ketika masa menyusui tiba.

Dalam proses pembentukan janin itu, awal mulanya adalah 2 buah sel yang sangat kecil. Sel ovum hanya sebesar debu, dan sel sperma lebih kecil lagi ukurannya. Dari dua buah sel yang sangat kecil itulah nantinya akan lahir seorang jabang bayi yang siapa tahu ketika dewasa nanti menjadi sosok berpengaruh yang mampu mengguncangkan dunia.

Dua buah sel yang sangat kecil itu pada awalnya sama sekali belum pernah bertemu, apalagi saling mengenal. Namun dengan kuasa-Nya, Allah menjadikan dua buah sel itu layaknya pasangan yang telah bertahun-tahun saling mengenal dan memahami, sehingga mampu tumbuh dan berubah ujud menjadi seorang manusia yang begitu sempurna. Mungkin inilah jodoh. Maha Suci Allah, awal mula yang hanya dua buah sel kecil mampu berkembang menjadi berjuta-juta kali lipat setelahnya.

Tak lain karena atas Kuasa-Nya semata hal ini mampu terjadi. Sungguh jodoh terbesar pun tidak perlu pacaran.

Ibaratkan saja pertemuan sel sperma dan sel telur dalam rahim ibu itu sebagai sebuah proses pernikahan. Banyak orang menganggap dua orang yang akan menuju jenjang pernikahan harus tahu seluk beluk pasangannya, luar dalam dengan mendetail. Padahal jodoh manusia sudah ditetapkan, bahkan sebelum ia lahir. Kalau pun kita menginginkan jodoh yang baik akhlak dan agamanya, bercerminlah kepada diri sendiri. Hal ini seperti yang tertuang dalam firman Allah:

”…. Perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)” (An-Nur:26)

Jadi kalau kita menginginkan jodoh yang baik pribadinya, tengoklah pada diri sendiri. Muhasabah diri, bagaimana tilawah kita, bagaimana salat kita, bagaimana qiyamullail kita dan bagaimana pula akhlak kita.

Proses mengenal, mungkin inilah yang dijadikan alasan mengapa banyak orang terutama remaja yang menganggap bahwa pacaran merupakan awalan sebelum proses pernikahan berlangsung. Padahal seperti yang tertulis di atas, sebenarnya jodoh tiap-tiap manusia sudah tersedia dan kita hanya perlu menunggu untuk dipertemukan di waktu yang baik dan dalam keadaan baik. Bukan dengan ‘mencari-cari’, hingga terlena untuk pacaran. Kalaupun ingin berikhtiar mendapatkan jodoh yang baik, mulailah dengan memperbaiki diri sendiri hingga menjadi pribadi yang shalih dan shalihah, dan insya Allah jodoh kita pun nantinya tidak akan beda jauh dengan kita. Seperti apa yang di firmankan dalam surat An-Nur:26 tadi.

Tidak perlu lah kita tahu sangat mendalam dari calon suami/istri kita sedetail-detailnya. Cukup sewajarnya untuk memantapkan hati dan menumbuhkan rasa cinta dalam diri. Karena itu, proses mengenal pasangan atau ta’aruf yang tidak begitu lama, dan tentu sesuai dengan koridor syar’I tampaknya sudah cukup, dan selanjutnya berpasrahlah kepada Allah atas pilihan yang kita pilih. Bahkan dalam buku Fiqih Nikah karya Ustadz Sarwat Lc, disebutkan bahwa cukuplah kita mengetahui satu kebaikan yang dimiliki oleh calon pasangan kita yang membuat kita ingin menikahinya.

Ketika proses pernikahan dimulai dengan kebaikan, bukan tidak mungkin jejak sang dua sel kecil yang menjelma menjadi bentuk manusia yang sangat sempurna, dapat kita ikuti dan dapat menjadi pengayom. Bukan mustahil seandainya nanti anak yang akan lahir dari pernikahan yang baik, akan menjelma menjadi seorang sosok layaknya Imam Syafi’i, Imam Bukhari, atau ulama-ulama besar lainnya. Bukan tidak mungkin ketika di akhirat nanti kita akan terperangah bahagia mendapat mahkota yang terbuat dari cahaya, karena anak yang kita miliki menjadi seorang ahli Qur’an. Hal-hal hebat itu semua sangat mungkin terjadi padahal hanya diawali oleh sedikit rasa cinta pada masing-masing karena proses mengenal yang tak begitu lama, ibarat dua buah sel kecil yang mampu terwujud menjadi manusia sempurna. Maha Suci Allah.

Aku Lelah, Teramat Lelah.


Lelah. Mata ini lelah. Selalu terjaga, takut tertidur dan lengah. Jangan, jangan pejamkan mata, karena tugasmu berjaga.

Tengah malam gelap gulita, mata ini masih terjaga. Berkhalwat khusyuk di kesunyian, munajat kepada Dia Yang Maha Perkasa. Memohon kekuatan, kemampuan, keteguhan, ketegaran, dalam perjalanan dakwah yang amat panjang tak terkira.

Pagi-pagi buta, mata ini tetap terjaga, jangan sampai umat terlanda bahaya dan bencana pada saat kita lengah menjaga mereka. Siang terang benderang, mata ini selalu terjaga, melakukan hal terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Lelah. Pikiran ini sangat lelah. Tak pernah berhenti mencerna ayat-ayat yang dibentangkanNya di alam semesta. Selalu berpikir, selalu menganalisa peristiwa, selalu merangkai kejadian di depan mata. Merancang strategi, taktik, upaya, cara dan sarana. Memetakan potensi para aktivis yang selalu setia bekerja dimanapun mereka berada. Memetakan jalan bagi kemenangan perjuangan, meretas kejayaan pergerakan. Memikirkan masa depan masyarakat, bangsa dan negara. Memikirkan rencana strategis, membangun peradaban masa depan yang gilang gemilang.

Lelah. Jiwa ini sungguh lelah. Setiap hari disuguhi konflik, kerusuhan, permusuhan, penyimpangan, dan penyelewengan dimana-mana. Setiap saat dihadapkan pada persoalan-persoalan kehidupan yang kian kompleks dan kian merata. Satu persoalan bangsa belum selesai diurai, muncul persoalan berikutnya. Satu konflik belum selesai dilerai, muncul konflik di tempat lainnya. Satu kasus belum selesai diungkapkan kebenarannya, telah menyusul kasus-kasus sekian banyaknya. Persoalan internal bertumpuk, pada saat yang sama harus tampil tegar menghadapi persoalan eksternal. Persoalan keluarga mengemuka, pada saat harus menyelesaikan persoalan bangsa dan negara.

Lelah. Tubuh ini teramat lelah. Tubuh yang jarang dipenuhi hak-haknya. Kapan sempat olah raga, kapan sempat refresing dengan keluarga, kapan sempat bercengkerama dalam suasana luang, kapan sempat istirahat. Teramat sering para aktivis diistirahatkan oleh Tuhan Yang Maha Penyayang, karena dirinya tidak sempat beristirahat. Tubuh kian lemah, karena dipaksa terus bekerja, melakukan hal terbaik yang bisa dikontribusikan di jalan kebaikan. Terlalu sering tidak sempat memenuhi hak-hak tubuh, sementara ia harus selalu bekerja pagi, siang, sore dan malam. Terlalu sering tubuh dipaksa melakukan kerja di luar batas kesanggupannya, karena sangat ingin memenuhi kewajiban di jalan perjuangan.

Lelah. Kaki ini tak terperikan lelahnya. Menyusuri jalan terjal mendaki, berliku, penuh duri dan bebatuan keras. Jalan ini harus ditempuh, karena hanya ini yang akan membawa mencapai tujuan. Tak ada jalan lain, tak ada jalan pintas. Kaki yang tak pernah berhenti melangkah, menapaki jalan Kenabian, menapaki jalan para pejuang, menapaki jalan para pahlawan. Menapaki jalan yang akan membawa umat kepada peradaban mulia.

Lelah. Tangan ini sangatlah lelah. Melakukan kerja-kerja sosial, membaktikan karya bagi umat, menciptakan prestasi untuk negeri. Tangan ini selalu peduli, berbagi, memberi, dan berkontribusi. Tangan yang selalu kreatif menorehkan kerja nyata bagi masyarakat. Tangan yang selalu bermanfaat untuk membantu yang lemah, menolong yang resah, merangkul yang gelisah. Tangan yang selalu terbuka untuk menampung berbagai keluh kesah, dan siap memberikan bantuan bagi yang memerlukan.

Lelah. Diri ini teramat lelah. Semua potensi diri telah disumbangkan untuk melakukan yang terbaik. Terus bekerja, terus berkarya, terus berbuat untuk kejayaan Indonesia. Namun yang kita dapatkan adalah cemoohan. Sering yang kita dapatkan adalah caci maki dan sumpah serapah. Tak jarang yang kita temui adalah lontaran kebencian dan permusuhan. Lelah, rasanya telah habis semua tenaga, tak ada lagi yang tersisa, kendati kerja belum usai, belum juga tampak hasilnya.

Lelah. Di titik inilah kebahagiaan membuncah. Pada puncak kelelahan inilah kenikmatan benar-benar kita rasakan bak bunga merekah. Usapan lembut ayat-ayat Qur’an, “Jika kamu mendapatkan luka, maka sesungguhnya merekapun mendapatkan luka yang sama”, terasa masuk ke relung jiwa. Sangat dalam, dan sangat berkesan.

Sangat sejuk ungkapanNya sampai ke dalam dasar samudera jiwa, “Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka. Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Bukan hanya kamu yang lelah. Jangan GR. Mereka juga lelah, semua juga lelah. Tetapi, apakah kelelahanmu di jalan kebenaran ? Apakah lelahmu di jalan Kenabian ? Apakah lelahmu di jalan Tuhan Yang Penyayang ?

Jika lelahmu di jalan Tuhan, masih adakah artinya menghitung jumlah lelah ? Masih perlukah mengeluhkan kelelahan ? Masih adakah keperluanmu membuat perhitungan dengan kelelahan ?

Hello world!


Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.